Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Tidak diragukan bahwa perempuan telah menjadi founder dan menjadi pelopor sosial media

[AURABERKAH.INFO] Depok - Perkembangan perempuan di era digital memang tidak diragukan dimana dalam hal ini tidak diragukan bahwa perempuan telah menjadi founder dan menjadi pelopor sosial media.

Menurut Anggota Komisi I DPR RI, H. Subarna, dalam acara Webinar Forum Diskusi Publik yang diselenggarakan oleh Ditjen IKP Kominfo bekerja sama dengan Komisi I DPR RI, yang bertemakan "Perempuan Cakap Digital: Meraih Peluang dan Menghadapi Tantangan di Era Digital" Rabu (17/01/2024).


Perempuan adalah pengguna media sosial yang cukup aktif dan juga banyak keuntungan perempuan di bidang digitalisasi. Namun perlu diperhatikan juga banyak dampak negatif seperti penyebaran hoax. Hal ini harus diminimalisir dengan literasi dan pengetahuan digital, ujarnya.


Selain itu menurutnya, masih harus pekerjaan rumah untuk kesetaraan perempuan dan harus berpikir beberapa langkah agar tidak lagi tertinggal di masa yang akan datang. Seperti beberapa batas seperti akses perempuan terhadap informasi, finansial dan sosial struktur. Namun demikian masih banyak kesenjangan perempuan di media sosial yang menyebabkan perempuan hanya digunakan sebagai konsumen bahkan menjadi korban dari digital media. Hal ini dikarenakan perempuan belum memahami peran digital dan menjadi caregiver utama dalam keluarga yang multitasking sehingga tidak memiliki cukup waktu untuk literasi digital, Jelasnya.


Narasumber lainnya, Jeni Indarto, Plt Direktur I.K. Polhukam mengatakan bahwa, kemampuan literasi digital adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh semua orang agar bisa menghadapi dunia digital. Kata kunci dari kemampuan dari literasi ini adalah kemampuan ini menjadi pelindung bagi setiap individu berselancar di media internet, dan individu mempunyai kontrol yang lebih luas dari dunia digital itu sendiri. Data dari APJI ternyata tingkat pengguna internet di kota dan desa tidak jauh berbeda dengan pengguna perempuan sendiri adalah 77%. Untuk itulah alasan mengapa sekarang manusia lebih sering melihat gadget daripada membaca, ujarnya.


Media internet bisa menjadi promosi produk atau jual beli barang, hiburan yang positif dan menyampaikan pendapat. Pencapaian pendapat memang benar dijamin oleh Undang-Undang tapi harus berdasarkan fakta. Menyampaikan opini ini harus sesuai data dan fakta serta tidak memancing kegaduhan. Kita juga harus melindungi masyarakat agar bisa melindungi data pribadi dan selanjutnya. Beberapa bulan lagi kita akan menghadapi pemilu sehingga kita sebisa mungkin harus menggunakan hak suara kita agar bisa memilih pemilih yang sesuai dengan keinginan kita, jelasnya.


Selain itu, Henri Subiakto, Pegiat Literasi Digital memaparkan bahwa, perempuan berperan besar menjadi anak agar tidak larut dalam kecanduan medsos. Isu media sosial itu berlimpah, bisa dibuat oleh siapa saja. Ada sekitar 212 juta pengguna internet di Indonesia dan 5 terbesar di dunia. Dimana memang medsos memberikan informasi tercepat, memfasilitasi hasrat manusia, diperhatikan dan memperhatikan serta menciptakan adiksi sosial.


Media sosial menjadi sumber disinformasi, kebenaran dikalahkan dengan keyakinan (false truth). Media sosial bisa digunakan sebagai senjata disinformasi dan car dukungan, sehingga banyak berisi serangan, ekspresi, kebencian, permusuhan dan upaya menghancurkan pihak lain. Saat perang, perempuan membutuhkan literasi dan diskusi agar tidak terjadi perang. Banyak konten provokasi kita jadi bermusuhan dengan siapapun yang berbeda politik dan sara. Jangan biarkan masyarakat terutama perempuan jadi kelompok pemarah, yang suka bermusuhan dengan saudara. Ingat provokasi, ujaran kebencian dan hoax itu tidak baik, ujarnya.


Selain itu menurutnya, gunakan HP dengan bijak agar karir dan reputasi tidak rusak. Sebab, jejak digital aktif maupun pasif bisa berbahaya dan merugikan kalau jejak yang ditinggalkan ini banyak yang memalukan atau bertentangan dengan nilai-nilai sosial. Jejak digital sering bermasalah hanya karena berbeda dengan yang terjadi sekarang. Di Sisi yang lain kehadiran digital ini membuka peluang pekerjaan baru dimana perempuan muda banyak yang adaptif terhadap pekerjaan dan profesi baru.


Menggunakan medsos untuk meningkatkan kecintaan dan menjaga negara karena jika negara itu aman, umat juga aman maka ibadah agama bisa dijalankan. Kalau negara kacau, jangan beribadah, jaga nyawa dan harta saja susah, jelasnya.


Narasumber terakhir, Dwi Kartikasari mengatakan bahwa, berdasarkan survei APJII bekerjasama dengan SRA tahun 2023, tingkat penetrasi internet untuk laki-laki tahun 2023 yaitu sebesar 79,32 persen dari total populasi laki-laki. Berdasarkan jenis kelaminnya, proporsi laki-laki di dunia yang menggunakan media sosial sebanyak 54%. Presentasi itu lebih tinggi dibandingkan perempuan menggunakan media sosial sebesar 46%, jelasnya. 


Selain itu menurutnya, peran kaum perempuan semestinya semakin menonjol serta merupakan sumber daya penting sebagai pemikir dan pengambil keputusan. Dengan kemajuan dan globalisasi era digital diharapkan memberi dampak pula pada kesempatan perempuan berpartisipasi di sektor ekonomi, politik dan bidang sosial lainnya. Beberapa stereotype perempuan di dunia digital misalnya adalah lebih ke wilayah domestik dimana terjadi pembungkaman yang menggunakan muted group theory yang asumsinya ada perbedaan persepsi berdasarkan gender. Selain itu perempuan lebih menggunakan perasaan ketimbang rasio, kemudian terjadi kesenjangan keterampilan digital dan stereotype perempuan dengan konten remeh temeh yang ditujukan dalam media digital.


Hambatan yang dihadapi perempuan antara lain adalah akses pada teknologi yang masih terbatas, keterampilan digital yang masih kurang, perempuan lebih cemas dibanding laki-laki dalam terutama dalam privasinya, memiliki kekhawatiran akan perlindungan data pribadi yang cukup tinggi dibandingkan laki-laki, baik terkait perlindungan pesan pribadinya, data pribadi anggota keluarga, rekam medis, maupun alamat rumah, menjadi kelompok paling rentan di internet, wanita cenderung lebih banyak menghadapi kasus seperti fetisisasi dan pelecehan, ujarnya.

0 Comments:

Posting Komentar