Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Stunting merupakan kondisi gangguan pertumbuhan yang tidak bisa dikembalikan seperti semula

[AURABERKAH.INFO] Jakarta - Stunting merupakan kondisi gangguan pertumbuhan yang tidak bisa dikembalikan seperti semula. Artinya, ketika seorang anak sudah stunting sejak masih balita, pertumbuhan akan terus melambat hingga ia dewasa.


Menurut Anggota Komisi I DPR RI, Hasbi Anshory, dalam acara Webinar Forum Diskusi Publik yang diselenggarakan oleh Ditjen IKP Kominfo bekerja sama dengan Komisi I DPR RI, yang bertemakan "Cegah Stunting Itu Penting" Jumat (26/01/2024).


Selain itu menurutnya, pencegahan stunting bisa dilakukan sejak awal kehamilan dengan mengkonsumsi makanan bernutrisi sehingga anak akan memperoleh nutrisi yang optimal sejak 1000 hari pertama kehidupan. Mencegah stunting pada anak bisa dilakukan beberapa cara yaitu pertama memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil, kedua beri ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga dampingi ASI eksklusif dengan MPASI sehat, empat terus memantau tumbuh kembang anak di posyandu, kelima selalu jaga kebersihan lingkungan dengan akses air bersih dan fasilitas sanitasi, ujarnya.


Penanggulangan stunting menjadi tanggung jawab kita bersama, tidak hanya pemerintah tetapi juga setiap keluarga Indonesia. Karena stunting dalam jangka panjang berdampak buruk tidak hanya terhadap tumbuh kembang anak tetapi juga terhadap perkembangan emosi yang berakibat pada kerugian ekonomi. Mulai dari pemenuhan gizi yang baik selama 1000 hari pertama kehidupan anak hingga menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat. STOP generasi balita pendek di Indonesia. Sudah banyak invasi maupun terobosan dari berbagai pihak mulai dari pemerintah pusat, daerah bersama masyarakat dalam mencegah stunting, jelasnya.


Selain itu, Marroli Jeni Indarto, Ketua Informasi dan Komunikasi Kesehatan, memaparkan bahwa, Indonesia diperkirakan akan menjadi salah satu kekuatan ekonomi global dengan pertimbangan sumber daya manusia menjadi salah satu faktor penting untuk mencapai tujuan tersebut, ujarnya.


SDM menjadi kontribusi positif dalam keunggulan Indonesia, namun, peningkatan SDM di Indonesia masih di peringkat 45 dari 67 negara. Angka ini masih jauh dibawah negara tetangga negara kita. Salah satu kunci pemberhasilan manusia adalah kecukupan gizi dan pangan. Salah satu tantangannya adalah stunting. 


Stunting adalah kondisi tinggi badan balita di bawah rata-rata karena kurang gizi pada awal kehidupan bayi. Efeknya adalah lambatnya pemahaman otak, lambat belajar dan berpeluang terkena penyakit kronik. Angka penurunan stunting memang sudah jauh turun dari 35% ke 25%. Tapi, melihat dari target yang diminta dari Presiden adalah 14% dari tahun 2024. Stunting tidak hanya dari keluarga yang terkena tapi juga hambatan ke depan karena berkaitan dengan generasi mendatang, jelasnya.


Narasumber lainnya, Nuraini Zubir, Ketua GOW Kabupaten Batang Hari, mengatakan bahwa, stunting atau disebut sering pendek adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis dan stimulasi psikososial serta paparan infeksi berulang terutama dalam 1000 hari pertama kehidupan yaitu dari janin hingga anak berusia 2 tahun. Anak tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badannya berada di bawah minus dua standar deviasi (-2sd) anak seusiany, ujarnya.. 


Selain itu menurutnya, masyarakat belum menyadari bahwa stunting adalah suatu masalah serius, hal ini dikarenakan belum banyak yang mengetahui penyebab, dampak dan pencegahannya. Penyebab stunting secara langsung adalah ketahanan pangan, lingkungan sosial, lingkungan kesehatan dan pemukiman. Sedang penyebab tidak langsung adalah pendapatan dan kesenjangan ekonomi, perdagangan urbanisasi, globalisasi, sistem pangan, jaminan sosial, sistem kesehatan, pemberdayaan perempuan, jelasnya.


Narasumber berikutnya, Dwi Listyawardani, Penyuluh KB Ahli Utama-BKKBN menjelaskan bahwa, dampak stunting jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan berkurang, gangguan pertumbuhan fisik, gangguan metabolisme dalam tubuh. Sedang dampak jangka panjang adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunya kekebalan tubuh sehingga mudah terpapar penyakit, meningkatnya risiko memiliki penyakit diabetes, obesitas, penyakit jantung, pembuluh darah, kanker, stroke dan disabilitas pada usia tua, ujarnya.


Berdasarkan kajian diketahui bahwa ada faktor pendorong yang bersumber pada pihak ibu dan ayah yaitu usia saat hamil terlalu muda atau tua; anemia;  indeks massa tubuh rendah;  tinggi badan kurang; merokok dan terpapar asap rokok. Untuk mencegah agar tidak melahirkan anak stunting, setiap calon ibu dan ayah harus dipastikan dalam keadaan sehat/ideal untuk menikah, hamil dan melahirkan, jelasnya.


0 Comments:

Posting Komentar