Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Pemerintah harus mendukung pemerataan internet agar kita bisa lebih mudah mendapatkan ilmu

[AURABERKAH.INFO] Jakarta - Di era perkembangan digital yang luar biasa dan sangat cepat dimana teknologi yang ditemukan sudah tidak hanya manual tetapi sudah digital yang faktual. Contoh yang paling mutakhir adalah dunia digital dimana kita bisa berinteraksi seperti dunia biasa.

Menurut Anggota Komisi I DPR RI, Muhaimin Iskandar, dalam acara Webinar Forum Diskusi Publik yang diselenggarakan oleh Ditjen IKP Kominfo bekerja sama dengan Komisi I DPR RI, yang bertemakan "Jaga Keamanan Ruang Digital" Jumat (02/02/2024).


Selain itu menurutnya, saking seperti dunia real, dunia ini benar-benar seperti kehidupan nyata sehari-hari bahkan sampai bisa pacaran di dunia digital. Bahkan sekarang banyak pihak-pihak yang berebut kavling di dunia digital dan juga membangun kantor virtual. Yang paling mengerikan adalah kita harus membayar dengan kartu kredit tanpa memperhatikan kemampuan finansial, ujarnya.


Jika tidak memiliki pengendalian diri yang baik maka bisa berbahaya bagi keamanan finansial kita karena pada akhirnya kita tidak memiliki dana untuk safety net ketika terjadi hal-hal yang emergency. Selain itu yang dipersiapkan adalah teknologi nya karena harga teknologi ini tidak hanya mahal tetapi juga rumit. Untuk itu pemerintah harus mendukung pemerataan internet agar kita bisa lebih mudah mendapatkan ilmu, jelasnya.


Selain itu, Marroli Jeni Indarto, Plt. Direktur I.K Polhukam, memaparkan bahwa , tahun 2024 ini menjadi tahun yang penting bagi Indonesia karena merupakan tahun Pemilu. Dimana secara esensi ini merupakan momentum untuk pendewasaan bangsa dan ujian tentang mengenai seberapa jauh nilai demokrasi yang telah menjadi jati diri bangsa. Pemilu yang merupakan sarana kedaulatan rakyat dimana rakyat bisa memilih pemimpin politik secara langsung, ujarnya.


Dalam Pemilu nilai-nilai demokrasi harus dijalankan untuk menyelesaikan pertikaian secara damai dan sukarela. Serta menjaga kedamaian dalam masa transisi dengan menciptakan keadaan yang bersahabat dan menyenangkan serta saling bekerja sama semua pihak untuk semua masyarakat. Situasi pro dan kontra itu banyak terjadi terutama di media sosial, banyak pengguna menyebar terkait pemilu yang bisa jadi terjadi perbedaan politik. Semua pihak harus ikut berperan dengan pemahaman literasi yang baik agar bisa tercipta pemilu yang damai, jelasnya.


Narasumber berikutnya, Gun Gun Siswadi, Pegiat Literasi Digital, menjelaskan bahwa, tantangan era digital adalah terjadinya banjir informasi dimana banyak masyarakat mengkonsumsi konten hoax, pornografi, radikalisme, perjudian, sara, penipuan dsb. Media sosial menjadi tidak produktif karena digunakan untuk hal yang tidak bermanfaat, ujarnya.


Tujuan hoax adalah untuk menyulut kebencian, kemarahan dan hasutan kepada orang banyak; provokasi dan agitasi negatif; menimbulkan opini negatif sehingga terjadi disintegrasi bangsa; membentuk persepsi negatif untuk memanipulasi alam pikiran untuk membuat berita bohong/palsu; menghancurkan kepercayaan akan data dan kebenaran. 


Selain itu, ciri-ciri hoax adalah sumber informasi tidak jelas; informasi yang disebar memuat keanehan/ketidakjelasan yang memicu kecemasan, kebencian dan kemarahan; informasi hoax cenderung menggunakan bahasa provokatif; informasi hoax biasanya tidak mencantumkan waktu kejadian atau tanggal informasi tersebut diproduksi, informasi hoax pada umumnya cenderung mendiskreditkan pihak tertentu dan menyampaikan berita yang tidak berimbang, ada ancaman tertentu yang jika pembaca tidak menyebar informasinya, jelasnya.


Narasumber lainnya, Misbahatul Hidayati, Wakil Ketua PW Fatayat NU Jawa Tengah, mengatakan bahwa, memahami literasi digital harus memahami 4 hal antara lain digital skill, digital culture, digital ethics, digital safety. Digital skill adalah kemampuan individu dalam memahami, mengetahui dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital, ujarnya.


Digital culture adalah pengetahuan dasar akan nilai-nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai landasan kecakapan digital dalam kehidupan berbudaya, berbangsa dan bernegara. Lebih lanjut, digitalisasi kebudayaan menggunakan pemantauan TIK sehingga pengetahuan dasar yang mendorong perilaku mencintai produk dalam negeri dan kegiatan produktif lainnya. Sedang digital ethics adalah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan dan mengembangkan tata kelola etika digital dalam kehidupan sehari-hari, jelasnya.


0 Comments:

Posting Komentar