Header Ads Widget

Responsive Advertisement

UMKM harus meningkatkan perencanaan dan operasional secara global

[AURABERKAH.INFO] Jakarta - Memanfaatkan aplikasi online agar berkembang luas, Indonesia memang mengejar online boarding sehingga memaksa bisnis harus paralel antara offline dan online sehingga UMKM  bisa menyongsong dunia digital. 

Menurut Anggota Komisi I DPR RI, H. Subarna, dalam acara Webinar Forum Digitalk diselenggarakan oleh Ditjen IKP Kominfo bekerja sama dengan Komisi I DPR RI, yang bertemakan "UMKM Naik Kelas" Kamis (11/01/2024).

Selain itu menurutnya, aplikasi online membuat marketing menjadi lebih berwarna. Konsep online shopping yang bisa diakses dari mobile phone menjadi lebih diminati untuk menarik konsumen. Upaya digitalisasi dapat meningkatkan daya saing dan jangkauan pasar lebih luas. Agar UMKM bisa bersaing secara global, maka UMKM harus meningkatkan perencanaan dan operasional secara global sehingga UMKM membutuhkan investasi; sumber daya manusia, budaya sektor informal dan tidak ada rencana kerja yang jelas membuat UMKM sangat sulit; dan merubah perubahan dalam bisnis taktis, ujarnya.

UMKM masuk dalam rantai pasok sehingga UMKM harus memiliki position yang baik sehingga bisa bersaing dengan negara lain. Jika ini tidak dilakukan maka UMKM tidak akan pernah bisa naik kelas. Sedang terkait dengan pemasaran, di dunia digital UMKM menggunakan sosial media, sedangkan sisanya melalui marketplace sangat kecil sekali UMKM yang menggunakan website mandiri. 


Hal ini dikarena mudahnya penggunaan dan harganya murah, selain itu mudahnya komunikasi antara penyedia dan konsumen. Namun harus memperhatikan tampilan dan konten untuk sosial media untuk itu diperlukan pengetahuan tentang literasi tentang sosial media sehingga mampu meningkatkan kepercayaan terhadap produk. Hal ini dikarenakan masyarakat yang sudah percaya maka itulah yang akan dibeli. Daya cakup sosial media sangat luas sehingga bisa memberikan informasi secara massive baik dari dalam maupun luar negeri, jelasnya. 


Narasumber lainnya, Dewi Susilorini Kusumoningrum, Ketua Tim Informasi dan Komunikasi Perekonomian II, Kementerian Kominfo, memaparkan bahwa keadaan internet sudah menjadi kebutuhan primer daripada tersiar pada dunia digital dimana hal ini terbukti dimana jumlah ponsel yang dimiliki masyarakat Indonesia lebih banyak daripada populasi itu sendiri. 64% masyarakat Indonesia sudah menggunakan internet untuk itu sebisa mungkin menggunakan internet secara baik dan bijak. Laporan dari survei OJK mencatat indeks literasi keuangan konsisten meningkat dari 2013 hingga 2022. Pada tahun 2022, indeks literasi keuangan tercatat sebesar 49,7%.


Peningkatan ini sangat bagus untuk industri fintech di mana pada laporan kemenkominfo mengatakan bahwa tingkat literasi digital Indonesia pada tahun 2022 meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu 3,49 menjadi 3,53. Kominfo adalah pemangku government public relation sehingga yang dilakukan adalah literasi, kampanye program prioritas pemerintah. Menurut Bapermas pada tahun 2030 akan memiliki bonus demografi yang bisa dimanfaatkan dalam dunia digital dimana 60% penduduk usia produktif dan 619 Triliun kontribusi ekonomi digital pada tahun 2020. Untuk itu, agar UMKM bisa naik kelas maka harus memiliki legalitas usaha, memanfaatkan teknologi digital dalam berbisnis dan inovasi serta mengedepankan riset. Pemerintah terus mendukung dan mendampingi UMKM karena UMKM adalah pelaku ekonomi nasional dengan mendukung dengan cara Online Single Submission, Digital Kredit UMKM (digiku), Pasar Digital (PaDi) UMKM, Dana bergulir LPDB-KUMKM dan ekatalog LKPP. Gerakan bangga buatan Indonesia ini akan sesuai dengan target presiden, jelasnya.


Sementara itu, Tubagus Haryo Karbyanto, Anggota Pengurus Harian YLKI, mengatakan bahwa konsep digitalisasi UMKM perlu memahami karena sebagai kunci untuk meningkatkan daya saing dan jangkauan pasar dimana teknologi informasi of Things. Perubahan teknologi membutuhkan adaptasi dan UMKM yang tidak adaptif bisa kehilangan daya saing. Tantangan utama seperti akses modal, SDM, dan perubahan dalam praktik bisnis. UMKM di Indonesia yang sudah online masih sangat sedikit. Walaupun digital membawa manfaat besar bagi UMKM namun masih terdapat sejumlah kendala yang dihadapi dalam pengembanan usaha mereka, ujarnya.


Salah satu kendala yang sering dihadapi adalah kesulitan dalam memasarkan produk. Setidaknya sebanyak 70% UMKM mengalami kesulitan dalam pemasaran produk mereka. UMKM harus mempersiapkan diri dengan meningkatkan kemampuan perencanaan, operasional dan adaptasi standar global. Tantangan seperti akses modal dan manajemen SDM perlu diperhatikan. UMKM di sektor makanan dan minuman menjadi salah satu sektor yang paling ingin adaptasi teknologi digital. Mayoritas pelaku UMKM menggunakan sosial media dan marketplace sebagai media pemasaran utama. 


Menurutnya, tingginya penggunaan sosial media karena mudah, murah dan interaktif. Saat ini berbagai macam kebutuhan manusia telah banyak menerapkan dukungan internet dan dunia digital sebagai wahana interaksi dan transaksional sehingga jarak, lokasi dan waktu tidak lagi jadi penghalang. Rekomendasi bagi pemerintah pertama adalah dukungan keuangan dan akses modal, kedua program literasi masyarakat, ketiga pengembangan infrastruktur digital dan keempat kemitraan dengan industri teknologi. 


Sedang bagi UMKM adalah harus melakukan adaptasi terhadap teknologi, penguatan manajemen dan perencanaan, investasi pada sumber daya manusia, inovasi dan diferensiasi produk, posisikan UMKM secara global, jelasnya.


0 Comments:

Posting Komentar